Jumat, 06 April 2012

Kyai Sepuh Serta Karismatik Itu Telah Berpulang - KH. ABDUALLAH FAQIH


Suara pembacaan tahlil dan surat yasin berkumandang di bumi Langitan. Ribuan Alumni dan masyarakat sekitar datang berta’ziyah di Langitan sejak malam hingga pagi tuk menghantar kepergian Beliau KH. Abdullah Faqih pengasuh Pondok Pesantren Langitan.

Nampak tamu yang telah datang KH. Zainuddin Pengasuh Pondok Pesantren Ploso, Wakil Bupati Saifullah Yusuf. Hingga saat ini sholat jenazah sudah 7 gelombang. Beliau lahir pada tanggal 02 Mei 1932 di Tuban dan wafat pada tanggal 29 Februari 2012.

Beliau dikenal dengan kyai sepuh serta karismatik. Beliau juga pernah menjadi penasehat Presiden pada zaman Gus Dur. Jenazah insya’allah akan dimakamkan di Pemakaman umum Widang pukul 12.00 wib.

Salah seorang dari 10 putra almarhum itu menceritakan, ayahandanya menjalani perawatan di Graha Amerta setelah mengalami stroke ringan akibat jatuh, namun setelah membaik akhirnya menjalani perawatan di rumah hingga meninggal dunia pada 29 Februari 2012.

Para wartawan yang ikut menjadi saksi saat-saat melambungnya nama "guru spiritual" almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada awal era reformasi (1998) itu akan tahu betapa almarhum tidak menyukai publikasi.

"Kami menerima pesan dari kiai, kiai tidak bersedia menerima wartawan," ujar santri almarhum bila ada wartawan yang datang untuk mewawancarainya.

Ya, nama Kiai Abdullah Faqih mencuat menjelang Sidang Umum MPR 1998, terutama berkaitan dengan pencalonan Gus Dur sebagai presiden, sehingga para wartawan pun memburunya.

Saat itu, suara kalangan "nahdliyin" (warga NU) terbelah, ada yang mendukung pencalonan Gus Dur dan ada yang sebaliknya.

Dalam situasi seperti itu, sejumlah kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan, sehingga muncul istilah "Poros Langitan" yang fatwanya sangat berpengaruh pada pencalonan Gus Dur.

Pesan Kiai Abdullah Faqih untuk Gus Dur itu dibawa KH. A. Hasyim Muzadi (mantan Ketua Umum PBNU). Pesannya, "Kalau memang Gus Dur maju, ulama akan mendoakan". Restu Kiai Faqih itu membuat Gus Dur meneteskan air mata dan memeluk KHA Hasyim Muzadi.

"Sampaikan salam hormat saya kepada Kiai (Faqih). Katakan, Abdurrahman sampai kapan pun tetap seorang santri yang patuh kepada ucapan kiai," tutur Gus Dur kepada Hasyim Muzadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar